Liverpool, 5 Maret 2025 – Di Anfield, sorak sorai penonton menggema setiap kali Mohamed Salah menyentuh bola, sebuah ritual yang kini terasa seperti bagian dari DNA Liverpool. Musim 2024-25 menjadi panggung luar biasa bagi winger asal Mesir ini, dengan 25 gol dan 17 assist di Liga Inggris hingga Februari, menjadikannya kandidat serius untuk musim individu terhebat dalam sejarah Premier League—bahkan dibandingkan dengan Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan Erling Haaland.
Di lapangan, Salah bukan lagi sekadar pemain; ia adalah fenomena yang tak tertandingi.
Kisah di Balik Angka dan Rekor
Pada laga melawan Manchester City akhir Februari lalu, Salah kembali menunjukkan kelasnya dengan satu gol dan satu assist, membantu Liverpool menang 2-0 di kandang sang juara bertahan.
Statistiknya mencengangkan: 42 kontribusi gol (gol plus assist) dalam kompetisi domestik, unggul jauh atas Alexander Isak dari Newcastle (25) dan Harry Kane dari Bayern Munich (28) di lima liga top Eropa.
“Ini seperti melihat sejarah tercipta di depan mata,” kata John, suporter setia Liverpool yang menyaksikan laga itu dari tribun The Kop.
Performa Salah tak hanya tentang angka, tetapi juga konsistensi yang membuatnya melampaui pesaing masa kini dan menantang legenda masa lalu.
Analis ESPN, Ryan O’Hanlon, menyebut musim ini “tanpa tandingan,” membandingkannya dengan musim puncak Messi 2011-12 (50 gol, 16 assist) dan Ronaldo 2014-15 (48 gol, 16 assist).
Bahkan Haaland, yang mencetak 36 gol pada 2022-23, tertinggal dalam hal kombinasi gol dan assist dibandingkan laju Salah saat ini.
Latar belakangnya jelas: di bawah asuhan pelatih baru Arne Slot, sistem permainan Liverpool memaksimalkan insting predator Salah di kotak penalti dan visi permainannya sebagai playmaker.
Transisi cepat dan kebebasan taktis telah mengubahnya menjadi senjata mematikan yang sulit dihentikan.
Kontekstualisasi dalam Sejarah Sepak Bola
Musim ini bukan pertama kalinya Salah mencuri perhatian dunia; pada 2017-18, ia mencetak 32 gol dalam satu musim Premier League, rekor yang kemudian dipecahkan Haaland.
Namun, musim 2024-25 menawarkan dimensi baru: ia tak hanya mencetak gol, tetapi juga menciptakan peluang dengan jumlah assist yang belum pernah ia capai sebelumnya.
Jika terus seperti ini, Salah berpotensi melampaui rekor kontribusi gol tertinggi dalam satu musim Premier League, yang saat ini dipegang Haaland (44) dan Thierry Henry (44) pada 2002-03.
Di luar Inggris, hanya Messi dan Ronaldo yang rutin mencapai 50 kontribusi gol dalam satu musim liga sejak 2006-07—dan Salah kini berada di jalur untuk bergabung dengan kelompok elit itu.
“Dia tidak lagi bersaing dengan pemain saat ini, melainkan dengan sejarah,” tulis O’Hanlon, menegaskan bahwa musim ini adalah pertarungan Salah melawan waktu dan legenda.
Di usia 32, ketika banyak pemain mulai menurun, Salah justru tampak mencapai puncak baru, didorong oleh pengalaman dan kecerdasan taktikal.
Liverpool sendiri masih harus menghadapi laga-laga krusial, termasuk bentrokan Liga Champions melawan Paris Saint-Germain pekan ini.
Namun, apa pun hasilnya, musim individu Salah telah menjadi narasi tersendiri yang sulit diluputkan dari sorotan.
Masa Depan yang Penuh Harapan
Di luar lapangan, pertanyaan besar menggantung: akankah musim gemilang ini menjadi yang terakhir bagi Salah di Liverpool, dengan kontraknya yang akan habis pada 2025?
Para penggemar berharap “Raja Mesir” ini bertahan, membawa trofi Premier League dan mungkin Ballon d’Or pertamanya.
Bagi Salah, fokusnya tetap sederhana: “Saya hanya ingin bermain dan membantu tim,” katanya usai laga melawan City, dengan senyum khas yang kini jadi simbol harapan Merseyside.
Musim ini masih panjang, tetapi jejak Salah sudah terukir dalam—mungkin sebagai musim terhebat yang pernah ada.