Los Angeles, 4 Maret 2025 – Dolby Theatre di Hollywood kembali menjadi saksi malam penuh drama dan kejayaan saat Academy Awards ke-97 digelar pada Minggu malam (2/3). Oscars 2025 tidak hanya menghadirkan kemenangan gemilang bagi film independen seperti Anora, tetapi juga momen-momen yang mencuri perhatian dunia—dari duet memukau Ariana Grande dan Cynthia Erivo hingga pidato emosional yang mengharu biru. Di balik gemerlap karpet merah, cerita-cerita kecil dari para pemenang dan kejutan tak terduga mengukir kenangan yang akan dikenang lama.

Malam itu dimulai dengan sentuhan magis ketika Ariana Grande dan Cynthia Erivo, bintang Wicked, membuka acara dengan medley memukau dari “Somewhere Over the Rainbow” dan “Defying Gravity”. Suara merdu Grande mengalun lembut, diikuti kekuatan vokal Erivo yang menggetarkan, membawa penonton seolah melayang ke dunia Oz. “Saya hampir tak bisa bernapas melihat mereka,” kata Sarah, seorang penonton yang hadir di teater, menangkap perasaan ribuan orang yang terpukau di rumah. Penampilan ini bukan sekadar pembuka, tetapi juga simbol kekuatan kolaborasi seni yang menjadi tema malam itu.

Kemenangan, Kejutan, dan Cerita di Balik Layar
Sorotan utama jatuh pada Anora, karya Sean Baker yang menyapu lima penghargaan, termasuk Best Picture dan Best Actress untuk Mikey Madison. Film independen tentang seorang pekerja seks yang menikahi anak oligarki Rusia ini menjadi kejutan besar, mengalahkan favorit seperti The Substance yang dibintangi Demi Moore. Madison, dengan mata berkaca-kaca, berbagi kisah perjuangannya: “Ini seperti mimpi yang tak pernah saya bayangkan. Saya hanya ingin membuat orang tua saya bangga.” Kemenangan ini menegaskan bahwa cerita autentik dan berani masih punya tempat di panggung Oscars.

Namun, malam itu tak lepas dari momen canggung. Pidato Adrien Brody untuk Best Actor (The Brutalist) berlangsung lebih dari lima menit, memecahkan rekor panjang pidato Oscars. Ketika orkestra mencoba memotongnya, Brody dengan tegas berkata, “Tolong matikan musiknya, ini bukan pertama kalinya saya di sini.” Penonton tertawa, tapi media sosial ramai dengan kritik atas durasi yang dianggap berlebihan. Di sisi lain, Kieran Culkin mencuri hati dengan pidato jenaka saat memenangkan Best Supporting Actor untuk A Real Pain. Ia mengungkap kesepakatan lucu dengan istrinya, Jazz Charton, untuk memiliki anak keempat jika ia menang Oscars—momen yang disambut tawa dan tepuk tangan meriah.

Oscars kali ini juga menandai sejarah. Paul Tazewell menjadi pria kulit hitam pertama yang memenangkan Best Costume Design untuk Wicked, sementara Zoe Saldaña mengukir namanya sebagai aktris keturunan Dominika pertama yang meraih Oscars (Emilia Pérez). Latar belakang acara ini tak lepas dari perubahan dinamika Hollywood, di mana keragaman dan inklusi semakin mendapat sorotan setelah kritik bertahun-tahun atas homogenitas pemenang.

Dari Sandworm hingga Harapan Baru
Tak semua momen berjalan mulus. Penampilan sandworm dari Dune yang memainkan piano menjadi bahan lelucon di X, disebut sebagai “momen aneh yang tak perlu”. Sementara itu, tribut untuk Quincy Jones oleh Queen Latifah terasa kurang tepat dengan pilihan lagu “Ease on Down the Road”, padahal karya Jones yang ikonis seperti “Thriller” bisa lebih mewakili legasinya. Namun, di balik kekurangan itu, Oscars 2025 berhasil menjaga ritme dengan humor cerdas dari pembawa acara Conan O’Brien, yang debutnya dipuji banyak pihak.

Malam itu ditutup dengan harapan. Sean Baker, dalam pidato Best Director-nya, menyerukan pelestarian pengalaman menonton di bioskop: “Kita jatuh cinta pada film di teater, bukan di rumah.” Di tengah sorak sorai, Oscars 2025 meninggalkan pesan bahwa perfilman adalah tentang kebersamaan—baik dalam tawa, air mata, maupun perjuangan. Bagi Hollywood, ini adalah langkah baru menuju masa depan yang lebih beragam dan penuh cerita.