Beritaly.com – Menjelang Hari Raya Idulfitri atau Lebaran, sejumlah perusahaan jasa pengiriman paket di Indonesia mengumumkan penutupan layanan sementara.

Kebijakan ini, yang biasanya berlaku beberapa hari sebelum dan sesudah Lebaran, kembali menjadi sorotan masyarakat, terutama bagi pelaku usaha daring (online) dan konsumen yang bergantung pada logistik untuk kebutuhan hari raya.

Penutupan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada para pekerja logistik menikmati libur bersama keluarga, sekaligus menyesuaikan operasional dengan lonjakan permintaan yang kerap terjadi menjelang hari besar.

Tradisi penutupan layanan pengiriman menjelang Lebaran bukanlah hal baru di Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Lebaran menjadi momen penting yang dirayakan dengan mudik dan silaturahmi.

Bagi industri logistik, periode ini sering kali diwarnai dengan peningkatan volume pengiriman yang signifikan, mulai dari paket makanan, pakaian, hingga hampers Lebaran.

Namun, di sisi lain, perusahaan juga dihadapkan pada tantangan operasional, seperti kekurangan tenaga kerja akibat libur massal dan kemacetan di jalur distribusi utama.

PT Pos Indonesia, J&T Express, dan SiCepat adalah beberapa penyedia jasa logistik yang biasanya mengumumkan jadwal penutupan layanan menjelang Lebaran.

Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, operasional biasanya dihentikan mulai H-2 atau H-1 Idulfitri dan kembali berjalan pada H+3 atau H+4, tergantung kebijakan masing-masing perusahaan.

Pengumuman resmi biasanya dirilis beberapa minggu sebelumnya melalui situs resmi dan media sosial perusahaan untuk memberikan waktu kepada pelanggan dalam mengatur pengiriman.

Menurut data Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo), volume pengiriman paket pada Ramadan dan menjelang Lebaran bisa melonjak hingga 30-40% dibandingkan hari biasa.

Pada 2024 lalu, tercatat lebih dari 50 juta paket dikirimkan selama periode tersebut. Namun, lonjakan ini juga disertai risiko keterlambatan akibat overload sistem dan kondisi lalu lintas yang padat.

Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga turut mendukung kelancaran distribusi barang dengan mengoptimalkan jalur logistik dan memastikan koordinasi dengan penyedia jasa.

“Kami memahami Lebaran adalah momen spesial, tapi kami juga mendorong masyarakat untuk bijak dalam mengatur pengiriman,” ujar Joko Widodo, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, dalam keterangan resminya.

Bagi masyarakat, solusi yang paling umum adalah mempercepat jadwal pengiriman.

Asperindo menyarankan agar pelaku usaha dan konsumen menyelesaikan transaksi paling lambat dua minggu sebelum Lebaran untuk menghindari kendala.

Selain itu, beberapa UMKM mulai beralih ke layanan pengiriman instan di wilayah lokal atau mengandalkan kurir pribadi untuk memenuhi pesanan terakhir.

Masyarakat pun diajak untuk memahami situasi ini sebagai bagian dari tradisi tahunan yang tak lepas dari dinamika sosial dan budaya Indonesia.

Dengan perencanaan yang baik, dampak penutupan layanan dapat diminimalkan, sehingga semangat Lebaran tetap terjaga baik bagi konsumen, pelaku usaha, maupun pekerja logistik.

Penutupan pengiriman paket menjelang Lebaran memang menjadi tantangan tersendiri di tengah era digital yang serba cepat.

Namun, dengan komunikasi yang baik antara penyedia jasa, pelaku usaha, dan konsumen, situasi ini dapat diatasi tanpa mengurangi esensi hari raya.

Bagi Anda yang berencana mengirim paket untuk Lebaran tahun ini, sebaiknya segera cek jadwal resmi dari penyedia layanan favorit Anda dan siapkan langkah antisipasi.

Selamat menikmati momen Lebaran dengan penuh kehangatan bersama keluarga tercinta!***