Jakarta, 27 Februari 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan tren penurunan signifikan pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 11.30 WIB, IHSG tercatat anjlok 1,48% ke posisi 6.508,39, mendekati level psikologis 6.400. Penurunan ini menambah kekhawatiran investor terhadap stabilitas pasar saham domestik.
Pergerakan IHSG dan Statistik Perdagangan
Pada sesi pagi, IHSG dibuka melemah 0,32% ke level 6.585, menunjukkan sentimen negatif sejak awal perdagangan. Tekanan jual yang terus berlanjut membuat indeks semakin terpuruk hingga mencapai level 6.508,39 pada pertengahan hari. Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 213 saham mengalami kenaikan, 328 saham menurun, dan 165 saham stagnan. Nilai transaksi yang tercatat mencapai Rp 5,9 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 10,5 miliar saham.
Sektor-sektor yang Tertekan
Sebagian besar sektor mengalami penurunan, dengan sektor keuangan dan barang konsumsi primer menjadi penekan utama IHSG. Sektor keuangan melemah 0,60%, sementara sektor barang konsumsi primer turun 2%. Sektor lain seperti kesehatan dan energi juga turut mengalami koreksi, masing-masing sebesar 0,39% dan 0,17%. Penurunan di sektor-sektor ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi dan kinerja perusahaan di tengah ketidakpastian global.
Tekanan Jual Asing
Investor asing kembali mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 323,56 miliar di seluruh pasar. Saham-saham berkapitalisasi besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi target utama penjualan asing, dengan net sell masing-masing sebesar Rp 433,67 miliar dan Rp 157,46 miliar. Aksi jual ini menambah tekanan pada IHSG, mengingat peran signifikan investor asing dalam likuiditas pasar saham Indonesia.
Saham-saham Pendorong dan Penekan IHSG
Di tengah penurunan IHSG, beberapa saham masih mampu mencatatkan kenaikan. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) memimpin penguatan dengan kenaikan 4,17% ke Rp 1.250 per saham, diikuti oleh PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang naik 4,04% ke Rp 5.800 per saham, dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang menguat 3,14% ke Rp 820 per saham. Sebaliknya, saham-saham seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menjadi penekan utama indeks dengan penurunan masing-masing sebesar 3,72%, 2,68%, dan 2,27%.
Analisis dan Prospek
Analis dari Phintraco Sekuritas, Nurwachidah, menyatakan bahwa IHSG saat ini berada di atas level support kritis 6.550. Meskipun demikian, indikator Stochastic RSI yang mendekati area oversold dan penurunan volume transaksi mengindikasikan potensi terjadinya technical rebound atau setidaknya konsolidasi di atas level tersebut. Ia memproyeksikan pergerakan IHSG pada Kamis ini berada di rentang support 6.550 dan resistance 6.880. Namun, tekanan jual yang terus berlanjut, terutama dari investor asing, dapat menjadi hambatan bagi pemulihan indeks dalam jangka pendek.
Sentimen Eksternal dan Domestik
Dari sisi eksternal, ketidakpastian terkait kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap Kanada dan Meksiko, serta arah kebijakan moneter Federal Reserve, turut mempengaruhi sentimen pasar. Presiden AS, Donald Trump, mempertahankan rencana implementasi tarif untuk kedua negara tersebut, sementara ketidakpastian menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Maret mendatang menambah kekhawatiran investor. Di sisi domestik, pasar masih mencerna pembentukan Danantara pada 24 Februari 2025 lalu secara lebih objektif, yang diharapkan dapat membawa dampak positif bagi perekonomian nasional dalam jangka panjang.
Rekomendasi Saham
Dalam kondisi pasar yang bergejolak, investor disarankan untuk mencermati saham-saham dengan fundamental kuat dan prospek cerah. Phintraco Sekuritas merekomendasikan beberapa saham yang layak diperhatikan, antara lain PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Saham-saham ini dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang baik di tengah kondisi pasar yang menantang.
Kesimpulan
Penurunan IHSG sebesar 1,48% hingga mendekati level 6.400 mencerminkan sentimen negatif yang melanda pasar saham Indonesia. Tekanan jual dari investor asing, ketidakpastian kebijakan global, serta kekhawatiran terhadap prospek ekonomi domestik menjadi faktor utama penurunan ini. Investor diharapkan tetap waspada dan selektif dalam memilih saham, dengan fokus pada emiten-emiten yang memiliki fundamental kuat dan prospek bisnis yang menjanjikan.