banjirBekasi, 4 Maret 2025 – Pagi yang seharusnya biasa bagi ratusan pemotor di Bekasi berubah menjadi ujian berat saat banjir setinggi 1,5 meter merendam jalan arteri di Tambun Utara, Kabupaten Bekasi. Terjebak di depan Gerbang Tol Gabus, mereka hanya bisa menatap genangan air yang tak memungkinkan roda dua melintas. Namun, di tengah keputusasaan, polisi hadir dengan solusi tak biasa: mengawal 400 pemotor masuk ke Tol Cibitung-Tanjung Priok, sebuah langkah darurat yang disambut sorak sorai lega. Bagi warga seperti Dedi, seorang karyawan swasta, momen ini adalah penyelamat hari kerja yang nyaris hilang.

“Saya pikir hari ini bakal bolos kerja. Airnya sampai pinggang, motor mana bisa lelet,” ujar Dedi, masih memegang helm basahnya, saat berbincang dengan wartawan usai melintasi tol, Rabu (5/3/2025). Bersama ratusan pemotor lain, ia akhirnya bisa menuju Jakarta berkat keputusan cepat Kepolisian Jalan Raya (PJR) Cikampek Korlantas Polri. Di bawah komando AKP Sandy Titah Nugraha, petugas tak hanya membuka akses tol—yang biasanya terlarang bagi sepeda motor—tetapi juga mengawal mereka hingga aman di sisi lain.

Banjir dan Respons Cepat Polisi
Banjir ini dipicu hujan deras yang mengguyur wilayah Jabodetabek sejak awal Maret, menyebabkan luapan Kali Bekasi dan sungai-sungai kecil lainnya. Di Tambun Utara, jalan arteri yang menjadi urat nadi penghubung Bekasi-Jakarta lumpuh total. Ketinggian air mencapai 1,5 meter membuat kendaraan roda dua tak punya pilihan selain berhenti. Video yang beredar menunjukkan barisan motor terparkir di bahu jalan, sementara pengendaranya tampak kebingungan menatap genangan yang lebih mirip danau daripada jalan raya.

Melihat situasi darurat ini, AKP Sandy dan timnya tak ragu mengambil langkah luar biasa. “Kami lakukan diskresi kepolisian demi kemanusiaan. Mereka rata-rata pekerja yang harus ke Jakarta. Kalau dibiarkan, bisa stuck sampai sore,” jelas Sandy kepada wartawan. Sekitar pukul 08.30 WIB, polisi membuka Gerbang Tol Gabus dan mengarahkan 400 pemotor melintasi bahu luar ruas Tol Cibitung-Tanjung Priok. Dengan pengawalan ketat, mereka melaju perlahan, meninggalkan banjir di belakang dan membawa harapan baru untuk hari itu.

Keputusan ini bukan tanpa alasan. Bekasi telah lama menjadi langganan banjir, terutama saat musim hujan tiba. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, hingga Maret 2025, ribuan keluarga di wilayah ini terdampak banjir akibat curah hujan tinggi dan sistem drainase yang belum memadai. Tambun Utara, dengan posisinya yang rendah dan dekat sungai, kerap menjadi titik terparah. Tahun lalu, banjir serupa juga memutus akses warga, namun kali ini polisi menunjukkan respons yang lebih sigap dan adaptif.

Sorak Sorai dan Harapan Baru
Bagi para pemotor, melintasi tol bukan sekadar solusi, tetapi pengalaman yang tak terlupakan. “Rasanya seperti VIP, dikawal polisi di tol. Tapi ya, semoga banjirnya cepat surut, soalnya ini bukan jawaban permanen,” kata Rina, seorang ibu yang bekerja sebagai staf administrasi di Jakarta. Sorak sorai yang menggema saat mereka melaju di bahu tol mencerminkan rasa syukur sekaligus kelegaan. Di tengah tantangan alam, solidaritas dan kreativitas petugas menjadi penutup cerah di pagi yang kelam.

Langkah ini juga mendapat pujian dari warga dan pengguna media sosial. “Salut buat polisi yang cepat tanggap. Ini bukti kepolisian bisa fleksibel demi rakyat,” tulis seorang pengguna X. Namun, di balik keberhasilan sesaat, banjir Bekasi tetap menjadi PR besar. Pemerintah daerah kini dituntut mencari solusi jangka panjang, mulai dari normalisasi sungai hingga perbaikan drainase, agar pemotor tak lagi harus “mengungsi” ke tol saat hujan datang.

Hari ini, ratusan pemotor terselamatkan, tetapi cerita banjir Bekasi masih jauh dari akhir. Di bawah langit yang masih mendung, mereka melaju dengan harapan: tak hanya sampai ke tujuan, tetapi juga menuju masa depan yang lebih kering dan aman.