Beritaly.com – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025, yang diperkirakan jatuh pada akhir Maret hingga awal April, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis prediksi cuaca yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia.
Lebaran, sebagai momen tahunan yang identik dengan mudik dan silaturahmi, sering kali dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
Berdasarkan analisis terkini, BMKG memproyeksikan bahwa periode Lebaran 2025 berpotensi diwarnai hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, khususnya di sejumlah wilayah strategis yang menjadi jalur utama pemudik.
Prediksi cuaca ini didasarkan pada Climate Outlook 2025 yang diterbitkan BMKG pada akhir 2024.
Dokumen tersebut menguraikan dinamika atmosfer dan laut global, termasuk fenomena El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD).
Menurut BMKG, pada awal 2025, Indonesia masih akan berada di bawah pengaruh La Niña lemah, yang merupakan kelanjutan dari kondisi iklim 2024.
La Niña dikenal sebagai fenomena yang meningkatkan curah hujan di wilayah tropis, termasuk Indonesia.
Kondisi ini diprediksi berlangsung hingga Maret 2025, sebelum berangsur beralih ke fase netral menjelang pertengahan tahun.
“Pada Januari hingga Maret 2025, curah hujan tahunan diprediksi berada pada kisaran normal hingga di atas normal di sebagian besar wilayah Indonesia,” ungkap Dwikorita Karnawati, Plt.
Kepala BMKG, dalam keterangan resminya. Ia menambahkan bahwa wilayah seperti Pantai Utara (Pantura) Jawa, pesisir Sumatera, dan beberapa daerah di Kalimantan serta Sulawesi berpotensi mengalami hujan lebat yang dapat memicu banjir saat periode mudik Lebaran.
Kondisi Cuaca Saat Lebaran
Lebaran 2025 diperkirakan jatuh pada 31 Maret hingga 1 April, sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025.
Namun, penetapan tanggal pasti masih menunggu sidang isbat Kementerian Agama mendekati akhir Ramadan.
Dalam rentang waktu tersebut, BMKG memproyeksikan bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan terjadi, terutama pada minggu-minggu menjelang dan sesudah hari raya.
“Cuaca ekstrem berpotensi terjadi pada Maret 2025, tepat saat arus mudik dimulai. Namun, pada arus balik, khususnya 10 hari pertama April, kondisi cuaca diprediksi membaik seiring transisi menuju musim kemarau,” jelas Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG.
Ia menegaskan bahwa masa pancaroba periode peralihan dari musim hujan ke kemarau—dapat memicu hujan ekstrem berdurasi pendek yang disertai petir dan angin kencang.
Wilayah seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, yang menjadi tujuan utama pemudik, diprediksi masih akan mengalami hujan dengan intensitas bervariasi.
Sementara itu, daerah seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung juga perlu mewaspadai potensi banjir akibat curah hujan tinggi.
BMKG mencatat bahwa total curah hujan tahunan 2025 diperkirakan berkisar pada kondisi normal, dengan beberapa wilayah mencapai lebih dari 2.500 mm/tahun.
Dampak bagi Pemudik dan Antisipasi Pemerintah
Kondisi cuaca ini tentu menjadi tantangan bagi jutaan pemudik yang akan melintasi jalur darat, laut, dan udara.
Pantura, misalnya, yang merupakan jalur utama mudik di Pulau Jawa, sering kali rentan terhadap banjir saat curah hujan meningkat.
Pada Lebaran sebelumnya, banjir dan longsor di sejumlah titik telah menyebabkan kemacetan parah dan memperlambat perjalanan.
Prediksi serupa untuk 2025 mendorong pemerintah dan instansi terkait untuk mempersiapkan langkah mitigasi.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhy menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan BMKG dan kementerian lain untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem.
“Kami akan menyesuaikan jadwal transportasi dan memperkuat infrastruktur di titik-titik rawan banjir. Masyarakat juga diimbau untuk memantau perkembangan cuaca sebelum berangkat,” ujarnya dalam rapat koordinasi lintas sektoral pada awal Maret 2025.
Selain itu, BMKG mengimbau pemudik untuk selalu memperbarui informasi cuaca melalui situs resmi bmkg.go.id atau aplikasi Info BMKG.
Pemerintah daerah di wilayah rawan banjir juga diminta meningkatkan kesiapsiagaan, termasuk memastikan saluran drainase berfungsi optimal dan menyediakan posko darurat.
Bagi masyarakat yang berencana mudik, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghadapi prediksi cuaca Lebaran 2025.
Pertama, rencanakan perjalanan dengan mempertimbangkan waktu keberangkatan yang tidak bertepatan dengan puncak hujan.
Kedua, siapkan perlengkapan darurat seperti jas hujan, senter, dan pakaian ganti. Ketiga, pastikan kendaraan dalam kondisi prima, terutama rem dan wiper, untuk menghadapi jalanan basah.
“Jangan memaksakan perjalanan jika cuaca buruk. Keselamatan adalah prioritas utama,” pesan Ardhasena. Ia juga menyarankan pemudik untuk memanfaatkan libur panjang Lebaran—yang mencapai 11 hari berdasarkan SKB Tiga Menteri—dengan fleksibel, sehingga bisa menghindari hari-hari dengan risiko cuaca ekstrem.
Ramalan cuaca Lebaran 2025 menunjukkan bahwa masyarakat perlu bersiap menghadapi tantangan hujan dan potensi banjir, terutama di awal periode mudik.
Meski demikian, perbaikan cuaca yang diprediksi terjadi pada arus balik memberikan harapan bahwa perjalanan pulang akan lebih lancar.
Dengan informasi yang akurat dan persiapan matang, diharapkan tradisi Lebaran tetap berjalan penuh makna tanpa terganggu oleh kondisi alam.
Pantau terus perkembangan cuaca dari sumber resmi agar mudik tahun ini aman dan nyaman!***