Barcelona, 2 Maret 2025 – Di tengah hiruk-pikuk Mobile World Congress (MWC) 2025, Xiaomi memperkenalkan senjata baru yang mengguncang dunia fotografi mobile: Xiaomi 15 Ultra.
Dengan lensa telefoto 200MP yang canggih, smartphone ini disebut-sebut mampu menggantikan kamera profesional seperti Sony A7S III senilai Rp50 juta, sebuah klaim yang membuat Kerry Wan, editor ZDNet, tak lagi melirik kameranya saat meliput acara.

Keunggulan Teknologi dan Pengalaman Nyata
“Unboxing Xiaomi 15 Ultra seperti membuka pintu ke masa depan fotografi,” ujar Kerry, yang langsung terpikat oleh desain kokoh dan kamera yang menonjol.
Ia menguji perangkat ini di jalanan Barcelona, menangkap potret hingga lanskap dengan detail tajam yang biasanya hanya bisa dicapai oleh kamera mirrorless.

Lensa periskop 200MP menjadi bintang utama, didukung sensor utama 50MP dan optimasi HyperOS yang memastikan warna alami serta kontras sempurna.
Meski rendering gambar butuh beberapa detik ekstra, hasilnya—dari potret wajah hingga video sinematik—membuatnya berpikir ulang untuk membawa Sony A7S III yang jauh lebih berat.

Xiaomi 15 Ultra bukan sekadar pamer spesifikasi.
Ditenagai chipset Snapdragon 8 Elite dan RAM 16GB, perangkat ini menawarkan performa mulus meski dibebani aplikasi berat—meskipun Kerry menyayangkan bloatware seperti AliExpress yang ikut terpasang.

Latar Belakang: Evolusi Fotografi Mobile
Perjalanan smartphone menyaingi kamera profesional bukan hal baru, namun Xiaomi membawa standar lebih tinggi.
Sejak Motorola dan Sony Ericsson memperkenalkan ponsel kamera beresolusi tinggi pada 2008, teknologi ini terus berevolusi, dengan Xiaomi kini memimpin di segmen Android.

Pada MWC 2025, debut global Xiaomi 15 Ultra menarik perhatian, terutama dengan harga konversi sekitar Rp24 juta—jauh di bawah kamera profesional.
Bandingkan dengan iPhone 16 Pro Max atau Galaxy S25 Ultra; Xiaomi menawarkan keunggulan kamera yang lebih kompetitif untuk pengguna “power user” dan penggemar teknologi.

Kerry mencatat bobot 226 gram membuatnya nyaman digenggam, meski lebih berat dari pendahulunya karena baterai besar dan tumpukan kamera canggih.
Ia bahkan membayangkan tombol shutter khusus di samping akan sempurna untuk menstabilkan bidikan, sebuah fitur yang absen namun sangat diidamkan.

Dampak dan Harapan ke Depan
Bagi Kerry, keputusan untuk mengandalkan Xiaomi 15 Ultra sepanjang MWC adalah bukti nyata potensinya.
“Dari foto produk hingga video, saya tak lagi merasa perlu kamera besar,” ungkapnya, menyoroti portabilitas yang jadi nilai jual utama.

Di pasar AS, perangkat ini memang sulit dijangkau karena distribusi terbatas, tapi bagi pengguna global, ini adalah angin segar.
Xiaomi tampaknya tak berhenti di sini; rumor menyebut mereka tengah kembangkan sistem lensa magnetik untuk masa depan fotografi modular.

Komunitas fotografi pun mulai ramai membahas.
“Kalau ponsel ini bisa取代 (menggantikan) Sony saya, saya hemat puluhan juta,” canda seorang fotografer amatir di media sosial, mencerminkan antusiasme yang meluas.

Langkah Baru Fotografi Mobile
Xiaomi 15 Ultra membuktikan bahwa batas antara smartphone dan kamera profesional semakin tipis.
Di tangan Kerry, ia menjadi alat yang tak hanya praktis, tetapi juga menginspirasi cara baru menangkap dunia—tanpa beban peralatan mahal.

Saat MWC 2025 berlangsung, sorotan tertuju pada perangkat ini sebagai penantang serius.
Akankah Xiaomi 15 Ultra benar-benar mengubah cara kita memandang fotografi mobile? Hanya waktu dan tangan pengguna yang akan menjawab.