Beritaly.com – Nama Patrick Kluivert kembali menjadi sorotan di dunia sepak bola setelah resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala Tim Nasional Indonesia oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 8 Januari 2025.
Legenda sepak bola Belanda ini menggantikan Shin Tae-yong dengan kontrak berdurasi dua tahun hingga 2027, yang disertai opsi perpanjangan.
Kiprahnya sebagai pemain dan pelatih menawarkan cerita menarik yang patut disimak, terutama dalam konteks perjalanan kariernya yang kini membawanya ke panggung sepak bola Asia Tenggara.
Bagaimana perjalanan karier pria kelahiran Amsterdam ini, dari striker muda berbakat hingga menjadi nahkoda Tim Garuda?
Awal Karier: Bintang Muda Ajax dan Gol Bersejarah
Patrick Stephan Kluivert lahir pada 1 Juli 1976 di Amsterdam, Belanda, dari ayah keturunan Suriname, Kenneth Kluivert, yang juga pesepak bola profesional, dan ibu asal Curaçao.
Bakat sepak bola tampaknya mengalir dalam darahnya. Kluivert memulai perjalanan kariernya di akademi Ajax Amsterdam sejak usia tujuh tahun, sebuah langkah yang menjadi fondasi kesuksesannya di masa depan.
Ajax, yang dikenal sebagai salah satu lumbung talenta terbaik Eropa, menjadi tempat Kluivert mengasah kemampuan hingga akhirnya promosi ke tim utama pada 1994.
Debutnya di level profesional langsung mencuri perhatian dunia. Pada usia 18 tahun, Kluivert mencetak gol kemenangan dalam final Liga Champions UEFA 1995 melawan AC Milan.
Gol tersebut, yang tercipta di menit ke-85, mengantarkan Ajax meraih trofi bergengsi dan menjadikan Kluivert sebagai pencetak gol termuda dalam sejarah final kompetisi ini pada usia 18 tahun, 10 bulan, dan 23 hari.
Bersama generasi emas Ajax—yang diisi nama-nama seperti Clarence Seedorf, Edgar Davids, dan Edwin van der Sar.
Kluivert turut mengukir prestasi dengan memenangkan Eredivisie, Piala Super UEFA, dan Piala Interkontinental.
Puncak Karier di Barcelona
Setelah bersinar di Ajax dengan torehan 39 gol dalam 70 penampilan di Eredivisie, Kluivert melangkah ke panggung yang lebih besar.
Pada 1997, ia bergabung dengan AC Milan melalui transfer bebas Bosman. Namun, petualangannya di Italia hanya bertahan satu musim dengan catatan enam gol dalam 27 pertandingan Serie A, diwarnai kesulitan adaptasi dan cedera.
Kariernya kembali bersinar ketika ia hijrah ke Barcelona pada 1998, reuni dengan pelatih Louis van Gaal yang pernah membimbingnya di Ajax.
Di Barcelona, Kluivert mencapai puncak karier sebagai pemain. Bermain selama enam musim (1998–2004), ia membentuk duet maut bersama Rivaldo di lini depan.
Total, ia mencetak 124 gol dalam 249 penampilan di semua kompetisi, termasuk membantu Blaugrana meraih gelar La Liga pada musim 1998–1999.
Insting golnya yang tajam, teknik tinggi, dan kecerdasan bermain menjadikannya salah satu penyerang paling disegani di Eropa pada masanya.
Namanya juga tercatat dalam FIFA 100, daftar 125 pesepak bola terbaik dunia versi Pelé pada 2004.
Petualangan di Klub Lain dan Timnas Belanda
Selepas Barcelona, karier Kluivert mulai menurun. Ia bergabung dengan Newcastle United pada 2004–2005, mencetak 13 gol dalam satu musim, sebelum melanjutkan perjalanan ke Valencia, PSV Eindhoven, dan Lille.
Di PSV, ia masih mampu memenangkan Eredivisie pada 2006–2007, meski sering terganggu cedera.
Kluivert akhirnya gantung sepatu pada 2008 di usia 32 tahun, mengakhiri karier klubnya dengan Lille.
Di level internasional, Kluivert adalah ikon Timnas Belanda. Debut pada 1994, ia mencetak 40 gol dalam 79 penampilan, menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak keempat sepanjang masa Oranje hingga rekornya dilampaui Robin van Persie.
Puncaknya adalah Euro 2000, di mana ia menjadi top scorer bersama dengan lima gol, termasuk hattrick melawan Yugoslavia. Ia juga tampil di Piala Dunia 1998, membantu Belanda finis di peringkat keempat.
Transisi ke Dunia Kepelatihan
Setelah pensiun, Kluivert tidak jauh dari sepak bola. Ia memulai karier kepelatihan sebagai asisten di AZ Alkmaar pada 2008, fokus melatih penyerang.
Pengalaman ini dilanjutkan di Brisbane Roar (Australia) dan NEC Nijmegen. Pada 2011, ia menjadi pelatih kepala Jong Twente (U-21) dan berhasil membawa tim tersebut juara Beloften Eredivisie, menunjukkan potensi kepelatihannya.
Puncak karier awal kepelatihannya terjadi saat ia menjadi asisten Louis van Gaal di Timnas Belanda (2012–2014), membantu Oranje meraih peringkat ketiga di Piala Dunia 2014.
Pada 2015, Kluivert melatih Timnas Curaçao, membawa tim kecil ini lolos ke Piala Emas CONCACAF 2017 pencapaian pertama dalam 40 tahun.
Ia juga sempat menjadi direktur olahraga Paris Saint-Germain (2016–2017) dan akademi Barcelona (2019–2021), serta asisten Clarence Seedorf di Timnas Kamerun (2018–2019).
Terakhir, ia melatih Adana Demirspor di Liga Turki pada 2023, meski hanya bertahan enam bulan dengan catatan delapan kemenangan dari 20 laga.
Tantangan Baru di Timnas Indonesia
Kini, Kluivert menghadapi tantangan besar bersama Timnas Indonesia. Dengan pengalaman sebagai pemain top dan pelatih berfilosofi menyerang, ia diharapkan membawa Skuad Garuda ke level lebih tinggi, termasuk ambisi lolos ke Piala Dunia 2026.
Didampingi asisten seperti Alex Pastoor dan Denny Landzaat, serta dua pelatih lokal, Kluivert akan mengawali tugasnya pada 12 Januari 2025.
Kiprahnya tentu dinanti, terutama dengan latar belakang gemilang sebagai pemain yang belum sepenuhnya terbukti di dunia kepelatihan.
Perjalanan karier Patrick Kluivert adalah kisah tentang bakat, prestasi, dan adaptasi.
Dari lapangan hijau Eropa hingga pinggir lapangan di Indonesia, ia terus menulis babak baru dalam sejarah sepak bolanya.***