Beritaly.com – Puncak, kawasan dataran tinggi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tak hanya dikenal sebagai destinasi wisata favorit warga Jabodetabek untuk melepas penat.
Di balik udara sejuk dan panorama hijau yang memanjakan mata, Puncak juga menyimpan kekayaan kuliner yang menggoda selera.
Makanan khas Puncak bukan sekadar hidangan biasa, melainkan perpaduan tradisi lokal, pengaruh budaya, dan inovasi yang lahir dari kebutuhan wisatawan.
Puncak terletak di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu destinasi dengan suhu rata-rata 18-22 derajat Celsius.
Kondisi geografis ini memengaruhi pola makan masyarakat sekitar sekaligus menarik perhatian pelancong yang mencari hidangan hangat untuk menyeimbangkan udara dingin.
Selain itu, posisinya yang strategis di jalur antara Jakarta dan Bandung membuat Puncak menjadi melting pot kuliner, dipengaruhi oleh budaya Sunda, Betawi, bahkan Timur Tengah yang dibawa oleh komunitas Arab di kawasan tersebut.
Tak heran, makanan khas Puncak memiliki karakter unik yang sulit ditemukan di tempat lain.
Ubi Bakar Cilembu
Salah satu ikon kuliner Puncak adalah ubi bakar Cilembu. Berbeda dengan ubi biasa, ubi Cilembu memiliki tekstur lembut dan rasa manis alami yang semakin terasa saat dipanggang.
Proses pembakarannya yang sederhana, biasanya menggunakan tungku tradisional, menghasilkan aroma khas yang menggugah selera.
“Ubi Cilembu ini jadi favorit karena cocok banget dinikmati sambil ngopi di udara dingin,” ujar Asep, salah seorang pedagang di kawasan Puncak Pass, kepada tim kami, Jumat (14/3/2025).
Ubi ini juga sering dijadikan oleh-oleh karena tahan lama dan mudah dibawa pulang.
Sate Kelinci
Bagi pencinta sate, Puncak menawarkan varian yang tak biasa sate kelinci.
Hidangan ini muncul sebagai alternatif protein yang lebih rendah lemak dibandingkan daging sapi atau kambing.
Kelinci yang digunakan biasanya berasal dari peternakan lokal, diolah dengan bumbu khas Sunda seperti kecap manis, bawang merah, dan cabai, lalu dibakar hingga matang sempurna.
Rasanya yang gurih dan teksturnya yang empuk membuat sate kelinci digemari wisatawan.
“Banyak yang awalnya ragu, tapi setelah coba, mereka ketagihan,” kata Rina, pemilik warung sate di Jalan Raya Puncak. Harga satu porsi sate kelinci berkisar antara Rp25.000 hingga Rp35.000, tergantung jumlah tusuknya.
Jagung Bakar
Tak lengkap rasanya berkunjung ke Puncak tanpa mencicipi jagung bakar. Camilan ini menjadi primadona karena bahan bakunya melimpah di kawasan pegunungan dan prosesnya yang praktis.
Jagung segar dipanggang di atas arang, lalu diolesi margarin, garam, atau bumbu pedas sesuai selera.
“Jagung bakar ini simpel tapi bikin kangen, apalagi disantap bareng keluarga sambil lihat pemandangan,” ungkap Dian, wisatawan asal Jakarta yang rutin berkunjung ke Puncak. Harganya pun ramah di kantong, mulai dari Rp10.000 per tongkol.
Nasi Mandhi
Keberadaan komunitas Arab di kawasan Puncak, khususnya sekitar Kampung Arab, membawa warna baru dalam khazanah kuliner lokal.
Salah satu yang menonjol adalah nasi mandhi, hidangan khas Timur Tengah yang terdiri dari nasi berempah disajikan dengan ayam atau kambing panggang.
Bumbu rempah seperti kapulaga, cengkeh, dan kayu manis memberikan cita rasa yang kaya, sementara proses memasaknya dengan teknik khusus menjadikan dagingnya juicy dan nasi harum.
Restoran seperti Raidan Alkhalij di Puncak Pass kerap ramai dikunjungi karena menawarkan porsi besar yang cocok untuk dinikmati bersama keluarga.
Harga satu nampan nasi mandhi dengan ayam utuh biasanya sekitar Rp150.000, cukup untuk 3-4 orang.
Asinan Bogor
Meski lebih identik dengan Kota Bogor, asinan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman kuliner di Puncak.
Asinan buah dan sayur dengan kuah asam pedas yang segar sering dijual di pinggir jalan menuju atau dari Puncak.
Kombinasi buah seperti kedondong, nanas, dan bengkuang dengan bumbu kacang serta cabai memberikan sensasi rasa yang unik.
“Asinan ini jadi penutup yang pas setelah makan berat,” kata Wulan, pedagang asinan di kawasan Cisarua. Satu porsi asinan dibanderol sekitar Rp15.000 hingga Rp20.000.
Banyaknya wisatawan yang datang setiap akhir pekan turut memengaruhi perkembangan kuliner di Puncak.
Pedagang lokal berinovasi untuk memenuhi selera pengunjung, mulai dari menambah varian rasa hingga menyediakan kemasan praktis untuk oleh-oleh.
Namun, tantangan seperti kenaikan harga bahan baku dan persaingan antarpenjual tetap menjadi perhatian. “Kami berusaha menjaga kualitas supaya wisatawan puas dan balik lagi,” tambah Asep.
Makanan khas Puncak tak hanya soal rasa, tetapi juga cerita di baliknya—dari tradisi lokal hingga adaptasi budaya.
Saat Anda melintasi jalur Puncak, sempatkan untuk berhenti dan menikmati hidangan-hidangan ini.
Entah itu ubi bakar yang menghangatkan, sate kelinci yang mengenyangkan, atau nasi mandhi yang eksotis, setiap gigitan adalah pengalaman yang memperkaya perjalanan Anda. Jadi, sudah siap menjelajahi kuliner Puncak akhir pekan ini?***